Leo dan Simon
Oleh Hadi Pranoto
Tuan
Mugabe seorang pengusaha kayu. Ia mempunyai banyak pekerja yang pandai membuat
kayu-kayu gelondongan menjadi meja, kursi, dan lemari yang bagus. Ia juga
mempunyai dua penebang kayu yang bertugas menebang pohon di perkebunan
miliknya. Tuan Mugabe sangat memperhatikan lingkungan. Setiap satu pohon
ditebang, maka ia akan menanam seratus pohon kecil di perkebunannya yang luas. Suatu
hari, dua penebang kayu yang bekerja untuknya sakit. Tuan Mugabe mencari dua
penebang kayu yang baru. Cukup banyak pekerja yang melamar.
Namun,
akhirnya Tuan Mugabe memilih dua pemuda, Leo dan Simon. Leo berbadan besar dan
kuat. Tuan Mugabe tak ragu mempekerjakannya. Simon bertubuh sedang, namun
semangatnya untuk bekerja cukup besar. Tuan Mugabe menerimanya dengan beberapa
persyaratan. "Kalau hasil kerjamu kurang dari sepuluh batang pohon per
hari kau akan dipecat," katanya.
"Baik
Tuan," kata Simon bersemangat. Tuan Mugabe kemudian memberi keduanya kapak
besar. Leo dan Simon pun mulai bekerja.Hari pertama Leo berhasil menebang lima
belas batang pohon besar. Sementara Simon hanya delapan pohon.
"Sudah
kuduga. Kau pasti tidak mampu," ujar Tuan Mugabe
"Maaf
tuan. Berilah hamba kesempatan seminggu lagi. Hamba akan bekerja lebih keras
lagi," jawab Simon. Tuan Mugabe pun setuju.
"Leo,
tidak salah aku memilihmu. Kau memang pekerja keras yang baik,"Puji Tuan
Mugabe pada Leo.
"Terima
kasih, Tuan. Hamba akan bekerja lebih keras lagi," jawab Leo bangga. Karena
pujian majikannya, Leo bekerja semakin bersemangat lagi. Sementara Simon masih
mempersiapkan alat kerjanya, Leo telah menebang satu pohon.
"Hari
ini aku akan menebang pohon lebih banyak dari kemarin," kata Simon dalam
hati. Maka mulailah ia bekerja dengan lebih giat. Sore itu Simon berhasil
menebang sepuluh pohon. Leo dua belas batang pohon. "Tidak apa-apa, Leo.
Hasil tebanganmu masih lebih banyak. Kau tetap pekerja kesayanganku," puji
Tuan Mugabe.
"Terima
kasih, Tuan. Besok hamba akan bekerja dua kali lebih giat," janjinya.
"Simon,
bekerjalah terus seperti hari ini. Kau tetap lulus," kata Tuan Mugabe.
"Terima
kasih, Tuan. Hamba akan bekerja lebih cermat dan teliti lagi," jawabnya. Pagi-pagi
sekali Leo telah pergi ke hutan. Ia menebang pohon dengan semangat dan
mengerahkan seluruh tenaganya. Sementara Simon pagi itu, mulai bekerja seperti
biasa. Akan tetapi, menjelang sore hari Leo hanya berhasil mengumpulkan
sembilan batang pohon. Simon malah berhasil menebang dua belas batang pohon.
Tuan Mugabe menjadi heran. Ia tahu kalau Leo selalu bekerja lebih awal dan
lebih giat, sedangkan Simon bekerja dengan waktu dan kecepatan biasa.
"Maafkan
hamba, Tuan. Sepertinya hamba kehilangan tenaga dan kekuatan," keluh Leo
sedih.
"Aneh!
Kenapa sekarang justru hasil tebangan Simon lebih banyak? Padahal tubuhmu lebih
besar dan kuat dibanding Simon," Tuan Mugabe heran. Karena penasaran, Tuan
Mugabe pun berusaha menyelidiki hal itu. Pagi-pagi sekali, ia sudah berada di
dalam hutan mengawasi kedua pekerjanya. Yang pertama datang adalah Leo. Begitu
sampai, ia langsung menebang pohon dengan gigihnya.
"Hhmmm,
Leo lebih dulu mulai bekerja sebelum Simon. Tapi mengapa?” pikir Tuan Mugabe.
Tak lama kemudian, datanglah Simon. Begitu sampai, ia tidak langsung bekerja.
Simon mengeluarkan kapak dan mengasah kapaknya sampai tajam berkilat. Melihat
hal itu Tuan Mugabe tersenyum, ia kini tahu jawabannya.
Sore
itu, Simon berhasil mengumpulkan dua belas batang pohon. Sementara Leo cuma
delapan batang. Leo menemui majikannya dan meminta maaf dengan sedih. Tuan
Mugabe tersenyum,"Kapan terakhir kali kau mengasah kapakmu?"
"Mengasah?"
Hamba tidak punya waktu untuk mengasah kapak, hamba terlalu sibuk menebang
pohon," jawab Leo jujur.
"Itulah
sebabnya hasil kerjamu menurun. Kau bekerja dua kali lebih keras, padahal kau
memakai kapak yang tumpul. Akibatnya, kau butuh waktu lebih lama untuk menebang
pohon," jelas Tuan Mugabe. Leo mengangguk mengerti. Ia kini sadar
kecerobohannya. Ia juga mengagumi kecermatan Simon dalam bekerja.
Sumber: Bobo, 21 Desember 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar